Dari Coretan ke Layar: Bedah Pertama Kali Buat Storyboard dan Hasil Videonya
Waktu pertama kali bikin storyboard ini, sebenarnya cuma coretan sederhana saja, tapi ternyata cukup membantu jadi panduan sebelum masuk ke proses bikin video. Dari awal sudah kelihatan jelas alurnya, mulai dari adegan bangun sahur, makan, shalat, sampai kegiatan siang hari dan akhirnya buka puasa. Walaupun cuma pakai stickman dan tulisan singkat, setiap panel sudah punya bayangan mau dibuat seperti apa di videonya nanti, termasuk transisi kayak hyperlapse atau cut yang cepat supaya alurnya lebih hidup.
Kalau dibandingkan dengan hasil video final, banyak adegan yang benar-benar sesuai dengan storyboard. Misalnya alarm dan jam di awal, suasana makan sahur, shot ke masjid, sampai adegan buka puasa. Transisi cepat yang sempat ditulis juga berhasil muncul di video sehingga penonton bisa merasakan perubahan waktu dengan lebih jelas. Ada juga beberapa bagian storyboard yang akhirnya tidak dipakai, seperti adegan wudhu, mungkin karena biar videonya lebih ringkas dan tidak terlalu panjang. Tapi justru di situ kelihatan pentingnya fleksibilitas—nggak semua rencana harus dipaksakan, yang penting hasil akhir tetap enak ditonton.
Perbedaan paling kerasa tentu saja ada di detail. Kalau storyboard masih kasar dan sederhana, di video sudah terasa lebih nyata dengan musik, ekspresi, dan suasana sekitar yang bikin lebih hidup. Jadi meskipun gambarnya cuma sketsa, intinya tetap sampai ke hasil akhir. Dari proses ini bisa dibilang, storyboard itu memang kayak rangka utama. Tanpa itu mungkin videonya bakal terasa acak, tapi dengan perencanaan sederhana, hasil akhirnya lebih rapi dan terarah.
Secara keseluruhan, perjalanan dari storyboard ke video final ini cukup menyenangkan. Dari ide kecil yang digambar seadanya, bisa berubah jadi sebuah karya video yang utuh dan punya alur jelas. Ini membuktikan kalau perencanaan, sekecil apa pun, bisa sangat membantu saat masuk ke tahap produksi.
0 comments:
Post a Comment